Tahun 2013 lalu, tidak lama setelah saya berstatus mahasiswa baru di kampus saya saat ini, pertama kali saya mengenal beliau. Beliau sangat konsisten dn disiplin. Bulan April 2014 ketika saya memimpin sebuah perhelatan acara kampus, mau tidak mau saya harus ikut memikirkan realisasi konsep acara hingga ikut bertemu langsung dengan pembicara. Konsep acaranya adalah belajar bahasa jawa dalam rangka meningkatkan komunikasi mahasiswa kedokteran yang akan bersinggungan bahkan melayani masyarkat yang berada di Jogja dan sekitarnya. Pembicara yang akan hadir adalah dr. BJ, spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi. Bukan berdasarkan spesialisasi beliau di penyakit dalam, namun karena beliau adalah sosok yang sangat “nguri-uri” bahasa jawa dan sangat memahami apa yang harus dipelajari oleh mahasiswa kedokteran terutama dalam hal komunikasi. Beberapa kali saya dan coordinator acara menemui beliau di bagian hemodialisa, kantor beliau, untuk berkonsultasi mengenai materi yang kami ajukan, lalu menyamakan dengan konsep dari beliau, berdiskusi mengenai teknis acara, menerima nasihat-nasihat beliau baik untuk acara yang akan berlangsung maupun nasihat seorang guru kepada murid.
Beliau adalah sosok yang sangat optimis. Beliau menyarankan untuk membuat buku tentang komunikasi bahasa jawa dalam dunia kedokteran selesai acara berlangsung. Beliau memberikan ide agar acara nanti akan menghasilkan output yang bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran yang akan praktik di lingkungan masyarakat jawa karena banyak sekali mahasiswa pendatang yang belum familiar dengan bahasa jawa. Kami menyambut baik ide ini, tapi sekaligus bingung bagaimana merealisasikannya mengingat materi tersebut sangat luas. Ide yang sangat sederhana namun bermanfaat, batin saya. Beliau jug menyatakan bersedia membimbing jika panitia menyambut baik ide ini. Dari sini saya belajar mengenai kreativitas dan optimisme yang selalu berkobar di sosok yang sudah tak muda lagi. Kesimpulan saya mengenai optimisme, mungkin optimisme yang selalu membara itulah yang membuat beliau mencapai segala capaian beliau saat itu.
Sosok yang selalu bersemangat dalam segala kesempatan itu agaknya ditakuti oleh para mahasiswa. Sebab setiap kali bertemu beliau kapanpun dimanapun, bisa saja dites untuk 6 langkah cuci tangan. Salah sedikit saja beliau langsung “marah”. Bukan marah yang sesungguhnya, karena beliau selalu memberikan koreksi jika masih salah. Tapi yang menjadi keterlaluan adalah apabila mahasiswa tingkat akhir atau bahkan koas belum dapat menguasai 6 langkah cuci tangan dengan sempurna. Cara yang tepat dan waktu yang tepat pula menjadi perhatian beliau. Tidak heran, ini yang menghantarkan beliau menjadi ketua penyelenggara pencegahan infeksi rumah sakit. Entah akibat kegigihan beliau dalam menerapkan cuci tangan yang benar secara luas atau karen tanggung jawab yang beliau emban berdasarkn posisi, tidaklah penting. Yang jelas beliau sangat getol dalam menyebarluaskan kebernaran dan kebaikan cuci tangan 6 langkah. Saya pun tak luput dari penyebaran kebenaran itu. Pernah saat hari pertama di semester 3 ketika beliau memberikan pengarahan mengenai skill lab pemeriksaan thoraks, beliau secara tiba-tiba mengundang beberapa mahasiswa maju ke depan kelas untuk mempraktikkan cuci tangan walaupun sesi itu bukan tentang pengendalian infeksi atau skill cuci tangan. Karena bagi beliau, memastikan mahasiwa dapat melakukan cuci tangan yang baik dan benar adalah tanggung jawab beliau. Saya yang waktu itu datang terlambat karena beberapa urusan PPSMB Fakultas pun akhirnya kena. Saya orang terakhir yang masuk ke dalam ruang kuliah, akhirnya dipanggil maju. Saya lakukan cuci tangan 6 langkah dengan hati-hti mempertimbangkan waktu karena beliau menyalakn stopwatch! Saya merasa telah melakukan dengan benar, ternyata salah. Ya begitulah. Beliau melihat dengan sangat jeli. Bukan hanya saya yang salah. Semua yang maju saat itu salah. Sulit juga ternyata cuci tangan dengan sempurna, batinku. Walaupun demikian beliau membenarkan satu persatu kesalahan kami. Dengan semangat tentunya.
Pagi ini kabar duka saya baca dari group line. Sosok yang sangat inspiratif itu telah menghadap Yang Maha Kuasa. Rasanya baru kemarin melihat beliau dengan sangat semangat mengajari cuci tangan yang baik dan benar, mengajar cara melakukan perkusi yang benar. Selamat jalan guru terbaik kami. Semoga ilmu yang telah dokter ajarkan dengan tulus tersebut membawa kebaikan bagi semua orang. Dokter sungguh inspirasi bagi saya dan bagi semua orang yang pernah mengenal dokter. Dokter akan terkenang di hati kami karena dokter adalah sosok yang akan menjadi legenda. Terima kasih banyak, dok.
0 komentar:
Posting Komentar