Momen - momen dalam hidup kita selalu indah. Tapi sayang sebagian besar dari mereka mendapat julukan 'membahagiakan' setelah mereka berlalu. Setahun bersama orang - orang tertentu membuat kita lebih mengenali lebih dekat. Persahabatan, masalah, ketakutan, ya itu memang sudah keseharian.
Pendidikan karakter
Aku pernah berada di suatu tempat, sebut saja asrama. Entah mengapa setalah aku lulus dari sana aku sangat merindukan saat - saat itu, saat - saat yang tidak aku temukan di fase kehidupanku yang sekarang. Asrama yang ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada segudang pendidikan karakter di sana. Pun lingkungan ini patut mendapat penghargaan dariku yang mana asrama ini adalah lingkungan pertamaku yang tidak membuatku merasa kesepian apalagi merindukan keluarga karena berbulan - bulan jauh dari keluarga. Yang aku temukan di sana justru arti keluarga yang sebenarnya. Maka sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada teman - teman dan teteh - teteh semua.
Tidak banyak mengeluh
Rutinitas sehari - hari seperti mandi walaupun kadang antri, social gathering gedung maupun lorong, apel pagi dua minggu sekali di hari selasa, ataupun event-event besar asrama. Hidup di sana boleh dibilang berat, tapi aku merasa senang saja menjalaninya. Pernah ketika harus mandi ke gedung lain karena air keran segedung mati semua, atau harus ke lorong lantai bawah untuk mandi. Tapi aku biasa saja. Pun teman - teman lain begitu. Kami tidak banyak mengeluh! Ya memang begitu adanya. Dan sekarang aku baru sadar, didikan di sana membuatku menjadi manusia yang lebih maju selangkah daripada sebelumya.
Aku berkenalan dengan banyak orang di sana. Dari berbagai daerah ada. Dari Sumatera Utara, dari Jawa Tengah, dari Jawa Timur, dari Jakarta, dari Sumatera Barat, dari Sumatera Selatan, dari Kalimantan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, Bali. Ada semua. Karena asrama ini memang memberlakukan sistem multi kultur. Tiga dari mereka merupakan mereka yang telah menemaniku menghuni sebuah kamar di gedung pertama, di sebuah lorong belakang yang panjang, di sebuah kamar paling ujung. Mereka adalah dua gadis sunda dan satu wanita tangguh dari Jawa Timur, asli Jawa Timur. Mereka dalam beberapa hal berbeda dariku, tapi ada beberapa hal pula yang membuatku nyaman dengan meraka. Sebut saja mereka tidak suka diganggu ketika belajar, lebih menyukai suasana tenang ketimbang teriak - teriak, dan ada banyak kesamaan lagi yang tidak dapat aku ketikkan satu per satu. Ada yang rajin, ada yang sedikit manja tapi mandiri, ada yang malas - malasaan tapi sebenarnya tangguh. Yah di balik gunung belum tentu kita melihat samudera walaupun sebenarnya memang ada. Pernah suatu fjar kakiku kram saat aku turun dari ranjang atas sehingga membuatku terkapar di lantai. Sontak mereka semua terbangun mendengar ku merintih kesakitan dan memapahku dari lantai. Aku kangen mereka setiap aku ingat betapa saat itu aku merasa nyaman berada di dekat orang - orang yang peduli, beragam, dan membuat aku bebas berekspresi.
Hari penyerahan kunci
Aku ingat di hari itu, hari terakhir aku berbaring di ranjang yang telah ku huni kurang lebih selama setahun. Malam itu aku resah. Aku memandang sekeliling kamar, seolah - olah ingin mengucapkan selamat tinggal pada seluruh isi kamar itu. Pun di hari itu aku merasakan malas yang luar biasa untuk membereskan barang - barang yang masih tersisa. Sempat aku berharap malam itu, ketika aku terbangun nanti aku menemukan diriku menjalani hari - hari seperti biasanya. Bangun pagi untuk antri kamar mandi, beli sarapan di PGB dengan Matak, jualan donat dan risol di lorong. Ah itu mustahil. Toh hari itu berakhir juga. Hari di mana aku harus menyerahkan kunci kamar kepada teteh BRT. Sungguh saya ingin menangis malam itu. Tapi melihat keceriaan teman - teman yang akan segera merasakan kebebasan dari jam malam, kebebasan dari larangan memakai celana pendek, kebebasan dari keharusan apel, soga, aku pun mengurungkan niat. Padahal aku suka. Dan satu bulan menjelang penyerahan kunci itu aku mulai menghitung hari. Kapan lagi aku akan menjalani hari - hari seperti itu setelah aku tak lagi di sana. Malam yang benar - benar hambar. Menangis enggan, tertawa pun tanggung. Tapi aku harus membaur dengan tawa mereka untuk menyatakan betapa aku bahagia telah bersama mereka dan aku berterima kasih untuk satu tahun yang sangat berharga itu.
0 komentar:
Posting Komentar